بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
-- bismillahir-Rahmaanir-Rahiim --
"Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Maha Penyayang"
Dalam Alquran dengan Terjemahan dan Tafsir singkat terbitan Jemaat Ahmadiyah (1997) pada halaman 5 tertulis:
Ba' [di awal basmalah] itu [merupakan] kata depan yang dipakai untuk menyatakan beberapa arti dan arti yang lebih tepat di sini, ialah "dengan." Maka kata majemuk bism itu akan berarti "dengan nama". Menurut kebiasaan orang Arab, kata iqra' atau aqra'u atau naqra'u atau isyra' atau asyra'u atau nasyra'u harus dianggap ada tercantum sebelum bismillah, suatu ungkapan dengan arti "mulailah dengan nama Allah", atau "bacalah dengan nama Allah" atau "aku atau kami mulai dengan nama Allah", atau "aku atau kami baca dengan nama Allah." Dalam terjemahan ini ucapan bismillah diartikan "dengan nama Allah," yang merupakan bentuk lebih lazim (Kamus Lane).
Ism mengandung arti : nama atau sifat (Kamus Aqrab). Di sini kata itu dipakai dalam kedua pengertian tersebut. Kata itu menunjuk kepada Allah, nama wujud Tuhan; dan kepada Ar-Rahman (Maha Pemurah) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang), keduanya nama sifat Tuhan.
Allah itu nama Dzat Maha Agung, Pemilik Tunggal semua sifat kesempurnaan dan sama sekali bebas dari segala kekurangan. Dalam bahasa Arab kata Allah itu tidak pernah dipakai untuk benda atau zat lain apa pun. Tiada bahasa lain memiliki nama tertentu atau khusus untuk Dzat Yang Maha Agung itu. Nama-nama yang terdapat dalam bahasa-bahasa lain, semuanya nama-penunjuk-sifat atau nama pemerian (pelukisan) dan seringkali dipakai dalam bentuk jamak; akan tetapi, kata "Allah" tidak pernah dipakai dalam bentuk jamak.
Kata Allah itu "ism dzat," tidak "musytak," tidak diambil dari kata lain, dan tidak pernah dipakai sebagai keterangan atau sifat. Karena tiada kata lain yang sepadan, maka nama "Allah" dipergunakan di seluruh terjemahan ayat-ayat Alquran. Pandangan ini didukung oleh para alim bahasa Arab terkemuka. Menurut pendapat yang paling tepat, kata "Allah" itu, nama wujud bagi Dzat yang wajib ada-Nya menurut Dzat-Nya Sendiri, memiliki segala sifat kesempurnaan, dan huruf al adalah tidak terpisahkan dari kata itu (Kamus Lane).
Ar-Rahman (Maha Pemurah) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang) keduanya berasal dari akar yang sama. Rahima artinya, ia telah menampakkan kasih-sayang; ia ramah dan baik; ia memaafkan, mengampuni. Kata Rahmah menggabungkan arti riqqah, ialah "kehalusan" dan ihsan, ialah "kebaikan," "kebajikan" (Mufradat). Ar-Rahman dalam wazan (ukuran) fa'lan, dan Ar-Rahim dalam ukuran fa'il. Menurut kaedah tatabahasa Arab, makin banyak jumlah huruf ditambahkan pada akar kata, makin luas dan mendalam pula artinya (Kasysyaf). Ukuran fa'lan membawa arti kepenuhan dan keluasan, sedang ukuran fa'il menunjuk kepada arti ulangan dan pemberian ganjaran dengan kemurahan hati kepada mereka yang layak menerimanya (Muhith).
Jadi, di mana kata Ar-Rahman menunjukkan "kasih sayang meliputi alam semesta", kata Ar-Rahim berarti "kasih sayang yang ruang lingkupnya terbatas, tetapi berulang-ulang ditampakkan." Mengingat arti-arti di atas, Ar-Rahman itu Dzat Yang menampakkan kasih sayang dengan cuma-cuma dan meluas kepada semua makhluk tanpa mempertimbangkan usaha atau amal; dan Ar-Rahim itu Dzat Yang menampakkan kasih sayang sebagai imbalan atas amal perbuatan manusia, tetapi menampakkannya dengan murah dan berulang-ulang.
Kata Ar-Rahman hanya dipakai untuk Tuhan, sedang Ar-Rahim dipakai pula untuk manusia. Ar-Rahman tidak hanya meliputi orang-orang mukmin dan kafir saja, tetapi juga seluruh makhluk. Ar-Rahim terutama tertuju kepada orang-orang mukmin saja. Menurut Sabda Rasulullah s.a.w., sifat Ar-Rahman umumnya bertalian dengan kehidupan di dunia ini, sedang sifat Ar-Rahim umumnya bertalian dengan kehidupan yang akan datang (Muhith). Artinya, karena dunia ini pada umumnya adalah dunia perbuatan, dan karena alam akhirat itu suatu alam tempat perbuatan manusia akan diganjar dengan cara istimewa, maka sifat Tuhan Ar-Rahman menganugerahi manusia alat dan bahan, untuk melaksanakan pekerjaannya dalam kehidupan di dunia ini, dan Sifat Tuhan Ar-Rahim mendatangkan hasil dalam kehidupan yang akan datang.
Segala benda yang kita perlukan dan atas itu kehidupan kita bergantung adalah semata-mata karunia Ilahi dan sudah tersedia untuk kita, sebelum kita berbuat sesuatu yang menyebabkan kita layak menerimanya, atau bahkan sebelum kita dilahirkan; sedang karunia yang tersedia untuk kita dalam kehidupan yang-akan-datang, akan dianugerahkan kepada kita sebagai ganjaran atas amal perbuatan kita. Hal itu menunjukkan bahwa Ar-Rahman itu Pemberi Karunia yang mendahului kelahiran kita, sedang Ar-Rahim itu Pemberi Nikmat-nikmat yang mengikuti amal perbuatan kita sebagai ganjarannya.
Sabda Rasulullah saw. Mengenai Basmalah
Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa segala amal itu akan terputus pahalanya kecuali jika disebut nama Allah. Nama Allah lazim disebut ketika membaca basmalah.
Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim adalah ayat pertama tiap-tiap Surah Alquran, kecuali Al Bara'ah (At-Taubah) yang sebenarnya bukan Surah yang berdiri sendiri, melainkan lanjutan Surah Al-Anfal. Ada suatu hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas yang maksudnya, bila sesuatu Surah-baru diwahyukan, biasanya dimulai dengan bismillah, dan tanpa bismillah, Rasulullah s.a.w. tidak mengetahui bahwa Surah baru telah dimulai (H.R. Abu Daud). Hadis ini menampakkan bahwa
- bismillah itu bagian Alquran dan bukan suatu tambahan,
- Surah Bara'ah itu, bukan Surah yang berdiri sendiri.
Hadis itu menolak pula kepercayaan yang dikemukakan oleh sementara orang bahwa, bismillah hanya merupakan bagian Surah Al-Fatihah saja dan bukan bagian semua Surah Alquran. Selanjutnya, ada riwayat Rasulullah s.a.w. pernah bersabda bahwa, ayat bismillah itu bagian semua Surah Alquran (Bukhari dan Quthni).
Oleh karena itu, penulisan nomor ayat Al-Quran berdasarkan Hadits Nabi Besar Muhammad shollAllahu ‘alaihi wa sallamriwayat sahabat Ibnu Abbas rodhiyAllahu ‘anhu yang menunjukkan bahwa basmalah pada setiap awal surat adalah ayat pertama surat itu.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَعْرِفُ فَصْلَ السُّوْرَةِ حَتَّى يَنْزِلَ عَلَيْهِ بِسْمِ اللهِ الرَّحمْـاـنِ الرَّحِيْمِ
“Nabi shollAllahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui pemisahan surat itu sehingga bismillaahir-rochmaanir-rochiimturun kepadanya.” (HR Abu Daud, “Kitab Sholat”; dan Al-Hakim dalam “Al-Mustadrok”)
Berdasarkan hal diatas, penulisan ayat-ayat Alquran di dalam Cinta-Islam, jika dicocokkan dengan mushaf-mushaf Alquran Usmani, harus dikurangi satu ayat.
Hikmah Basmalah
Hikmah ditempatkannya bismillah pada permulaan tiap-tiap Surah mempunyai arti seperti berikut:
- Alquran itu khazanah ilmu Ilahi yang tidak dapat disentuh tanpa karunia khusus dari Tuhan, "Tiada orang boleh menyentuhnya, kecuali mereka yang telah disucikan" (56 : 80). Jadi, bismillah telah ditempatkan pada permulaan tiap Surah untuk memperingatkan orang Muslim bahwa, untuk dapat masuk ke dalam Khazanah ilmu Ilahi yang termuat dalam Alquran; dan untuk mendapat faedah darinya ia hendaknya mendekatinya bukan saja dengan hati yang suci, melainkan ia harus pula senantiasa mohon pertolongan Tuhan.
- Ayat bismillah itu, mempunyai pula tujuan penting yang lain. Ayat itu ialah kunci bagi arti dan maksud tiap-tiap Surah, karena segala persoalan mengenai urusan akhlak dan rohani, dengan satu atau lain cara, ada pertaliannya dengan dua Sifat Ilahi yang pokok, yaitu Rahmaniyah (Kemurahan) dan Rahimiyah (Kasih-Sayang). Jadi tiap-tiap Surah pada hakikatnya, merupakan uraian terperinci dari beberapa segi Sifat-sifat Ilahi yang tersebut dalam ayat ini.
Basmalah Bukan Bajakan
Ada tuduhan bahwa kalimah bismillah, itu diambil dari Kitab-kitab Suci sebelum Alquran. Kalau Sale mengatakan bahwa, kalimah itu diambil dari Zend Avesta, maka Rodwell berpendapat bahwa, orang-orang Arab sebelum Islam mengambilnya dari orang-orang Yahudi, dan kemudian dimasukkan ke dalam Alquran.
Kedua paham diatas nyata sekali salah. Hal ini terbukti bahwa,
- Tidak pernah dida'wakan oleh orang-orang Islam bahwa, kalimah itu dalam bentuk ini atau sebangsanya tidak dikenal sebelum Alquran diwahyukan.
- Keliru sekali mengemukakan sebagai bukti bahwa, karena kalimah itu dalam bentuk yang sama atau serupa kadang-kadang dipakai oleh orang-orang Arab sebelum diwahyukan dalam Alquran, maka kalimah itu tidak mungkin asalnya dari Tuhan. Sebenarnya Alquran sendiri menegaskan bahwa, Nabi Sulaiman a.s. memakai kalimah itu dalam suratnya kepada Ratu Saba (27 : 31). Apa yang dida'wakan oleh orang-orang Islam - sedang da'wa itu, tidak pernah ada yang membantah, ialah bahwa, di antara Kitab-kitab Suci, Alquran adalah yang pertama-tama memakai kalimah itu dengan caranya sendiri. Pula keliru sekali mengatakan bahwa, kalimah itu sudah lazim di antara orang-orang Arab sebelum Islam, sebab kenyataan yang sudah diketahui ialah bahwa, orang-orang Arab mempunyai rasa keseganan menggunakan kata Ar-Rahman sebagai panggilan untuk Tuhan. Pula, jika kalimah demikian dikenal sebelumnya, maka hal itu malah mendukung kebenaran ajaran Alquran bahwa, tiada satu kaum pun yang kepadanya tidak pernah diutus seorang Pemberi Ingat (35 : 25), dan juga bahwa, Alquran itu adalah khazanah semua kebenaran yang kekal dan termaktub dalam Kitab-kitab Suci sebelumnya (98 : 5). Alquran tentu menambah lebih banyak lagi dan apa pun yang diambilalihnya, Alquran memperbaiki bentuk atau pemakaiannya, atau memperbaiki kedua-duanya.
Semoga Allah Ta'ala memberikan taufiq kepada kita untuk selalu mengingat nama-Nya dengan menyebut nama-Nya ketika akan melakukan sesuatu yang bermanfaat. Amin.
Sumber : Berbagai sumber dan litelatur
Sumber : Berbagai sumber dan litelatur
Ijin share ustadz...
BalasHapus