Galih Gumelar - Inilah Doa dan Amalan Saat Angin Hujan Kencang - Perlu di ketahui bahwa angin adalah makhluk ciptaan Allah. Dia-lah Dzat yang menciptakan angin, mengutus, dan mendatangkan angin untuk makhluk-makhluk-Nya. Angin termasuk sumber kehidupan manusia di bumi.
Allah berfirman dalam Al Quran surah Ar-Rum ayat 48 :
اَللّٰہُ الَّذِیۡ یُرۡسِلُ الرِّیٰحَ فَتُثِیۡرُ سَحَابًا فَیَبۡسُطُہٗ فِی السَّمَآءِ کَیۡفَ یَشَآءُ وَ یَجۡعَلُہٗ کِسَفًا فَتَرَی الۡوَدۡقَ یَخۡرُجُ مِنۡ خِلٰلِہٖ ۚ فَاِذَاۤ اَصَابَ بِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖۤ اِذَا ہُمۡ یَسۡتَبۡشِرُوۡنَ
Artinya:
“Allah, Dia-lah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah Swt. Membentangkan di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal. Kemudian, kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum ayat 48).
Bakaimana jika Allah tidak menciptakan angin, tentu awan tidak akan sanggup bergerak dan akhirnya hujan yang merupakan sumber utama kehidupan tidak akan bisa turun.
Apakah akibatnya jika hujan tidak turun?
Kehidupan di bumi ini akan berakhir. Kekosongan angin juga bisa berpotensi menimbulkan bencana kepanasan. Angin mati akibat udara yang tidak bergerak pernah dijadikan azab oleh Allah kepada umat Nabi Yunus As. Sehingga penduduk merasa kepanasan.
Jika kita mencela angin, berarti kita sama saja mencela ciptaan Allah. Dengan mencela ciptaan Allah, berarti sama juga kita mencela kehendak dan perbuatan-Nya. Sungguh, Allah adalah Dzat yang tidak berhak untuk disalahkan, apalagi dicela dan dicaci-maki.
Allah tidak pernah berbuat zhalim pada hamba-Nya. Dalam setiap kehendak dan perbuatan-Nya, selalu terdapat rahmat, hikmah, dan kebijaksanaan. Bahkan, rahmat dan kasih-sayang Allah selalu mendahului murka-Nya.
Sebagaimana pernyataan Allah:
“Sesungguhnya Rahmat-Ku mendahului murka-Ku”, (HR. Bukhari).
Cobalah kita perhatikan dan renungkan, berapa banyak Allah mengirimkan angin rahmat-Nya untuk kita gunakan, manfaatkan, dan rasakan. Allah yang menggerakkan angin sehingga awan begerak dan menimbulkan rintik-rintik hujan yang membawa rahmat.
Allah yang mendatangkan angin sehingga tumbuh-tumbuhan dan pepohonan dapat berbunga dan berbuah. Dia yang mengirimkan angin sehingga manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan dapat merasakan kesejukan dan kerehatan.
Allah yang meniupkan angin sehingga kapal-kapal dapat berlayar dan bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.
Rasulullah melarang keras perbuatan mencaci-maki angin, dan menyuruh kita agar berdoa meminta kebaikannya dan berlindung dari keburukannya.
Kita sebagai warga negara Indonesia yang beragama Islam tentu bersyukur memiliki dua angin tersebut, tetapi kadang angin yang kencang membawa bencana. Untuk itu Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita agar selalu berdoa ketika menghadapi angin kencang. Riwayat ini disebutkan dalam kitab Al-Adzkar An-Nawawi halaman 152 sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضى الله عنه قال سمعت رسوالله صلى الله عليه وسلم يقول الريح من روح الله تعالى تأتي الرحمة وتأتي العذاب، فإذا رأيتموها فلا تسبوها وسلواالله خير ها واستعينوا با لله من شرها
Artinya, “Abu Hurairah RA berkata, ia mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Angin adalah nikmat dari Allah SWT yang kadang mendatangkan rahmat dan kadang mendatangkan ujian. Karena itu apabila kalian menyaksikan, maka jangan dicaci maki, tapi perbanyaklah meminta kepada Allah kebaikan dengan adanya angin dan memohon perlindungan kepada-Nya dari angin yang tidak baik."Pada riwayat lain dijelaskan bahwasannya Nabi Muhammad SAW ketika menghadapi angin yang sangat kencang, berdoa sebagai berikut.
أللهم لقحا ولا عقما
Allâhumma laqhan walâ 'aqaman
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah ini sebagai angin ini membawa air (turun hujan) dan tidak membawa malapetaka" .
Rasulullah dengan berbagai macam cara selalu mengimbau orang-orang mukmin supaya senantiasa ingat kepada Allah agar mereka selalu mendapat limpahan rahmat kasih sayang-Nya.
Azab yang bertubi-tubi turun berupa bencana-bencana alam yang telah menimpa kaum-kaum terdahulu. Banyak negeri porak-poranda dan hancur luluh sehingga hanya meninggalkan nama dan bekas-bekasnya saja.
Beliau merasa sangat khawatir jangan-jangan disebabkan sesuatu kesalahan, azab seperti itu turun pula menimpa kaum mukmin atau orang-orang yang tinggal di sekitar beliau.
Maka dari itu, jika beliau melihat angin bertiup kencang, beliau segera memohon perlindungan kepada Allah dan berdoa agar Dia menurunkan kasih sayang-Nya.
Beliau menghimbau kepada orang-orang mukmin untuk memohon kasih sayang-Nya, agar angin yang sedang bertiup kencang jangan menjadi azab bagi mereka dengan memanjatkan doa.
Diriwayatkan dalam Hadits Al-Bukhari di Kitab Awal Penciptaan, Aisyah berkata, ketika melihat awan gelap di langit serta angin kencang, Rasulullah SAW mondar-mandir, masuk -keluar masjid dan wajahnya yang biasa memancarkan nur, akan terlihat berubah. Sang penghulu Rasul itu berdoa meminta agar cuaca dikembalikan menjadi cerah.
Berdasarkan Hadist Riwayat Bukhari, ini doa hujan lebat yang pernah dibaca Rasulullah SAW:
Arab : اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِوَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
Latin : Allahumma haawalaina wa laa 'alaina. Allahumma 'alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari.
Artinya : Ya Allah, turunkan lah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turunkan lah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.
Hujan lebat terkadang juga disertai angin kencang. Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW membaca doa angin kencang berikut ini:
اَللهُمَّ اِنِّىْ اَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَمَا فِيْهَا وَخَيْرَمَآ اَرْسَلْتَ بِهِ، وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّمَآ اَرْسَلْتَ بِهِ
Ya Allah! aku mohon kepadaMu kebaikannya (angin) dan kebaikannya apa yang ada padanya, dan kebaikan yang dibawanya, dan aku berlindung kepadaMu dari kejahatannya dan kejahatan yang ada padanya dan kejahatan yang dibawanya.
Barangkali Musibah Datang
Yang patut direnungkan bisa jadi hujan deras atau lebat yang turun ini adalah teguran dari Allah. Barangkali itu adalah musibah. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan,
وَكَانَ إِذَا رَأَى غَيْمًا أَوْ رِيحًا عُرِفَ فِى وَجْهِهِ . قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْغَيْمَ فَرِحُوا ، رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ فِيهِ الْمَطَرُ ، وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ عُرِفَ فِى وَجْهِكَ الْكَرَاهِيَةُ . فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ مَا يُؤْمِنِّى أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ ، وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ فَقَالُوا ( هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا ) »
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat mendung atau angin, maka raut wajahnya pun berbeda.” ‘Aisyah berkata, “Wahai Rasululah, jika orang-orang melihat mendung, mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka.” Beliau pun bersabda, “Wahai ‘Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adaah azab. Dan pernah suatu kaum diberi azab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum ‘Aad) ketika melihat azab, mereka mengatakan, “Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” (HR. Bukhari no. 4829 dan Muslim no. 899)
Yang dimaksud oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas adalah siksaan yang menimpa kaum ‘Aad sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut,
فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)
“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.” (QS. Al Ahqaf: 24-25)
Jika itu musibah, maka patut direnungkan bahwa musibah itu datang bisa jadi karena dosa dan maksiat yang kita lakukan. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)
‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ
“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Lihat Al Jawabul Kaafi, hal. 87)
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” (Idem)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar