Galih Gumelar - Seperti Apakah Menggapai Ilmu Makrifat - Menggapai makrifat (mengenal Allah SWT) tidak segampang yang dibayangkan, tetapi butuh waktu dan tahapan tahapan yang harus dilalui oleh seorang hamba. Di samping penuh tantangan untuk mendekatkan diri kepada-Nya juga harus benar-benar takut kepada Sang Kuasa.
Belum dikatakan apa-apa kalau sekadar takut kepada api neraka dan takut tidak bisa masuk surga, karena keduanya adalah makhluk. Yang dikhawatirkan para ulama, mereka ketakutan saat ruh lepas dari jasadnya apakah ingat apa tidak pada Allah SWT.
Berbeda dengan kita, ketakutan kita ketika meninggal, adalah apakah anak kita nanti ada yang bisa ngopeni? Takutnya kita kebanyakan berdasarkan pada mata koyor, tidak takut dengan mata hati.
Seperti takutnya anak kecil kepada ular. Umumnya, takut kepada Allah seperti takutnya anak kecil melihat ular. Kalau orang dewasa takut pada ular maka anak kecilpun takut. Sekadar ikut-ikutan saja.
Ketika anak kecil melihat pawang ular mampu menjinakan ular, anak kecil itupun ikut ikutan menangkap ular seperti halnya pawang tadi. Maka anak kecil itupun terpatok juga karena tidak punya ilmu menangkap ular sebagaimana yang dimiliki oleh Sang Pawang. Sebagaimana ditandaskan dalam kitab Ihya Ulumudin, orang.alim yang tidak punya rasa takut semata mata kepada Allah SWT belum dikategorikan ulama. Tidak sekadar takut kepada neraka, atau takut tidak mendapatkan surga. Tapi takutlah, jangan sampai di ajalnya su’ul khatimah, naudzubillah min dzalik.
Sangat lucu ketika bersikap yang mengira tidak shalat, tidak apa-apa. Dengan kecongkakannya inginnya menjadi wali yang tidak terlihat shalatnya. Tidak bisa seperti itu sebagai hamba. Sebagai hamba, perbanyaklah taat dengan jamaah, serta menjauhkan maksiat.
Siapa yang mau naik makrifat seperti naik gunung ada tahapannya. Menuju puncak makrifat pada hakikatnya mengangkat harkat martabat manusia. Kenapa harus repot-repot sampai mau meninggal saja, masih dituntun baca laillaha ill lallah. Mencapai puncak laillaha il lallah, tentunya dituntun tidak hanya pada saat mau ajal saja tetapi selagi masih dalam ritme kehidupan.
Rajinlah bershadaqah, shalat, berdzikir dan beribadah lainnya. Hendak ke mana-mana selalu diingat-ingat, sementara untuk mengingat Allah dengan jalan shalat, ingat Allah-nya hanya semenit saja tidak dilakukan. Sudah begitu mintanya surga. Ada sejumlah hal yang harus dilewati untuk sampai kepada makrifatullah. Mencapai makrifat hatinya sudah jadi, lewat hati, menyatu. Mau apa saja, ingat Allah, hanya untuk Allah, karena Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar