Dakwah, Pengobatan, Tausiyah

  • Breaking News

    Sangat Bergunanya Dzikir Untuk Kita

    Galih Gumelar .com - Keutamaan dan faedah dzikir sangat banyak sekali, sampai-sampai imam Ibnul Qayyim menyatakan dalam kitabnya Al Waabil Ashshoyyib (Lihat Al Waabil Al Shoyyib Wa Raafi’ Al kalimi Al Thoyyib, karya Ibnul Qayyim, tahqiq Hasan Ahmad isbir) bahwa dzikir memiliki lebih dari seratus faedah dan menyebutkan tujuh puluh tiga faedah didalam kitab tersebut.
    Diantara keutamaan dan faedah dzikir adalah:
    1. Dzikir dapat mengusir syeitan dan melindungi orang yang berdzikir darinya, sebagaimana sabda Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam :
    وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنْ الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ
    Artinya: “Dan Aku (Yahya bin Zakariya) memerintahkan kalian untuk banyak berdzikir kepada Allah. Permisalannya itu seperti seseorang yang dikejar-kejar musuh lalu ia mendatangi benteng yang kokoh dan berlindung di dalamnya. Demikianlah seorang hamba tidak dapat melindungi dirinya dari syeitan kecuali dengan dzikir kepada Allah.” [Hadits riwayat imam Ahmad dalam Musnadnya (4/202), At Tirmidziy dalam sunannya, kitab Al Amtsal ‘An Rasulullih, Bab Ma Ja’a Fi Matsal Al Sholat wa Al Shiyaam wa Al Shodaqah no. 2863 dan dishohihkan Syeikh Al Albaniy dalam Shohih Al Jaami’ no. 1724]
    Ibnul Qayim memberikan komentarnya terhadap hadits ini: ‘Seandainya dzikir hanya memiliki satu keutamaan ini saja, maka sudah cukup bagi seorang hamba untuk tidak lepas lisannya dari dzikir kepada Allah dan senantiasa gerak berdzikir, karena ia tidak dapat melindungi dirinya dari musuhnya kecuali dengan dzikir kepada Allah. Para musuh hanya akan masuk melalui pintu kelalaian dalam keadaan terus mengintainya. Jika ia lengah maka musuh langsung menerkam dan memangsanya dan jika berdzikir kepada Alah maka musuh Allah itu meringkuk dan merasa kecil serta melemah sehingga seperti Al Wash’(sejenis burung kecil) dan seperti lalat’. [Al Waabil Al Shoyyib, hal 61]
    Manusia ketika lalai dari dzikir maka syeitan langsung menempel dan menggodanya serta menjadi teman yang selalu menyertainya, sebagaimana firman Allah:
    وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
    Artinya: “Barangsiapa yang berpaling dari dzikir (Rabb) Yang Maha Pemurah (al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Az Zukhruf:36).
    Seorang hamba tidak mampu melindungi dirinya dari Syeitan kecuali dengan dzikir kepada Allah.
    2. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan dan depresi dan dapat mendatangkan ketenangan, kebahagian dan kelapangan hidup. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya:
    الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
    Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’du :28)
    3. Dzikir dapat menghidupkan hati, bahkan dzikir itu sendiri pada hakekatnya adalah kehidupan bagi hati tersebut. Apabila hati kehilangan dzikir maka seakan-akan kehilangan kehidupannya sehingga tidak hidup sebuah hati tanpa dzikir kepada Allah. Oleh karena itu Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: ‘Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan, lalu bagaimana keadaan ikan jika kehilangan air?’ [Al Waabil Al Shoyyib hal. 70]
    4. Dzikir menghapus dosa dan menyelamatkannya dari adzab Allah, karena dzikir merupakan satu kebaikan yang besar dan kebaikan menghapus dosa dan menghilangkannya. Tentunya hal ini dapat menyelamatkan orang yang berdzikir dari adzab Allah sebagaimana sabda Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam :
    مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ عَمَلًا قَطُّ أَنْجَى لَهُ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
    Artinya: “Tidaklah seorang manusia mengamalkan satu amalan yang lebih menyelamatkan dirinya dari adzab Allah dari dzikrullah.” [Hadits riwayat Ahmad dalam Musnadnya 5/239 dan dishohihkan Syeikh Al Albaniy dalam Shohih Al Jami’ no. 5644]
    5. Dzikir menghasilkan pahala, keutamaan dan karunia Allah yang tidak dihasilkan selainnya, padahal sangat mudah mengamalkannya, karena gerakan lisan lebih mudah dari gerakan anggota tubuh lainnya. Diantara pahala dzikir yang disebutkan Rasululloh adalah:
    مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
    Artinya: “Barang siapa mengucapkan (dzikir):
    لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
    dalam sehari seratus kali, maka itu sama dengan pahala sepulih budak, ditulis seratus kebaikan untuknya dan dihapus seratus dosanya. Juga menjadi pelindungnya dari syeitan pada hari itu sampai sore dan tidak ada satupun yang lebih utama dari amalannya kecuali seorang yang beamal dengan amalan yang lebih banyak dari hal itu.” [Hadits riwayat Al Bukhori dalam shohihnya, kitab badi’ Al Kholq bab Sifat Iblis Wa Junuduhu no. 3293, Muslim dalam shohihnya kitab Ad Du’a wa Dzikir wa Taubah wal Istighfar bab Fadhlu Al tahlil Wa Takbir wa Tahmid no. 2691]
    Ibnul Qayim berkata: ‘Dzikir adalah ibadah yang paling mudah namun paling agung dan utama, karena gerakan lisan adalah gerakan anggota tubuh yang paling ringan dan mudah. Seandainya satu anggota tubuh manusia set\hari semalam bergerak seukuran gerakan lisannya, tentulah hal itu sangat menyusahkannya sekali, bahkan tidak mampu. [Al Waabil Al Shoyyib hal 73]
    6. Dzikir adalah tanaman syurga [Lihat Al Waabil Al Shoyyib hal 73-74, Fiqh Al Ad’iyah Wa Al Adzkar hal 19-20 dan Dzikru Wa Tadzkiir karya Syeikh Prof. Dr. Shoolih bin Ghoonim Alsadlaan]. Ini berlandaskan sabda Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits Abdillah bin Mas’ud yang berbunyi:
    لَقِيتُ إِبْرَاهِيمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَقْرِئْ أُمَّتَكَ مِنِّي السَّلَامَ وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الْجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ عَذْبَةُ الْمَاءِ وَأَنَّهَا قِيعَانٌ وَأَنَّ غِرَاسَهَا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
    Artinya: “Aku berjumpa dengan Ibrohim pada malam isra’ dan mi’roj, lalu ia berkata: “Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahulah mereka bahwa syurga memiliki tanah yang terbaik dan air yang paling menyejukkan. Syurga itu dataran kosong (Qai’aan) dan tumbuhannya adalah (dzikir) Subhanallahi Wala ilaha illa Allah wallahu Akbar.” [Hadits riwayat At Tirmidziy dalam sunannya kitab Al Da’awaat ‘An Ar Rasul bab Ma Ja’a Fi Fadhl Tasbiih wa Tahlil Wa takbir wa Tahmid no.3462 dan dihasankan Al Albaniy dalam Silsilah Shohihah no. 105]
    Hal ini juga dikuatkan dengan riwayat lain dari hadits Abu Ayub Al Anshoriy yang ada dalam musnad Ahmad bin Hambal 5/418.
    7. Dzikir menjadi cahaya penerang bagi yang berdzikir di dunia, di alam kubur dan di akherat. Meneranginya di shirot, sehingga tidaklah hati dan kuburan memiliki cahaya seperti cahaya dzikrullah. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala :
    Artinya: “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya.” (QS. Al An’am:122)
    Pertama adalah seorang mukmin yang memiliki cahaya dengan sebab keimanan, kecintaan, pengenalan dan dzikir kepada Allah dan yang lain adalah orang yang lalai dari Allah yang tidak mau berdzikir dan mencintaiNya. [Al Waabil Al Shoyyib hal 82-83]
    8. Dzikir menjadi sebab mendapatkan sholawat dari Allah dan para malaikatNya, sebagamana firman Allah:
    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzaab:41-43)
    9. Banyak berdzikir dapat menjauhkan seseorang dari kemunafikan, karena orang munafik sangat sedikit berdzikir kepada Allah, sebagiamana firman Allah Ta’ala:

    Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa’:142)
    Syeikh Abdurrozaq bin Abdulmuhsin Al Abad berkata: ‘Bisa jadi karena hal tersebut Allah menutup surat Munafiqin dengan firmanNya:

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah hrata-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al Munafiquun:9).
    Karena terdapat padanya peringatan dari fitnah kaum munafiqin yang lalai dari dzikrullah lalu terjerumus dalam kemunafikan. Wal ‘iyadzubillah.
    Imam Ali bin Abi Tholib ditanya tentang khowarij: ‘apakah mereka munafiq atau bukan?’ beliau menjawab: ‘Orang munafik tidak berdzikir kepada Allah kecuali sedikit’. Ini merupakan alamat kemunafikan, yaitu sedikit berdzikir kepada Allah. Berdasarkan hal ini maka banyak berdzikir merupakan pengaman dari kenifakan. [Fiqh Al Ad’iyah Wa Al Adzkaar hal 24]
    10. Dzikir adalah amalan yang paling baik, paling suci dan paling tinggi derajatnya, sebagaimana dinyatakan Rasululloh dalam sabdanya
    أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ قَالُوا بَلَى قَالَ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى
    Artinya: “Inginkah kalian aku beritahu amalan kalian yang terbain dan tersuci serta tertinggi pada derajat kalian, ia lebih baik dari berinfak emas dan perak dan lebih baik dari kalian menjumpai musuh lalu kalian memenggal kepalanya dan mereka memenggal kepala kalian?” Mereka menjawab:’ ya’, lalu rasululloh menjawab: “Dzikrullah”“. [Hadits riwayat At Tiurmidziy dalam sunannya kitab Ad da’awaat ‘An Rasulillah no. 3377 dan Ibnu Majah dalam sunannya kitab Al Adab bab Fadhlu dzikr no. 3790 dan dishohihkan Al Albaniy dalam Shohih Al Jami’ no. 2629]
    Demikian beberapa keutamaan dan faedah yang dapat diutarakan dalam makalah singkat ini.
    Adab dalam berdzikir.
    Berdzikir memiliki adab-adab yang perlu diperhatikan dan diamalkan, diantaranya:
    1. Ikhlas dalam berdzikir mengharap ridho Allah.
    2. Berdzikir dengan dzikir dan wirid yang telah dicontohkan Rasululloh, karena dzikir adalah ibadah. Telah lalu penjelasan Ibnu Taimiyah tentang hal tersebut.
    3. Memahami makna dan penunjukkannya dan khusu’ dalam melakukannya. Ibnul Qayim berkata: ‘Dzikir yang paling utama dan manfaat adalah yang sesuai lisan dengan hati dan merupakan dzikir yang telah dicontohkan Rasululloh serta orang yang berdzikir memahami makna dan tujuan kandungannya [Dinukil dari Fiqh Al Ad’iyah wal Azkar hal. 9]
    4. Memperhatikan tujuh adab yang telah dijelaskan Allah dalam firmanNya:
      وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِفْيَةً وَدُونَ الْجَهْرِمِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَاْلأَصَالِ وَلاَتَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ
      Artinya: “Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Surat Al A’raf:205)
      Ayat yang mulia ini menunjukkan tujuh adab penting dalam berdzikir, yaitu:
      1. Dzikir dilakukan dalam hati, karena hal itu lebih dekat kepada ikhlash.
      2. Dilakukan dengan merendahkan diri agar terwujud sikap penyembahan yang sempurna kepada Allah.
      3. Dilakukan dengan rasa takut dari siksaan Allah akibat kelalaian dalam beramal dan tidak diterimanay dzikir tersebut. Oleh karena itulah Allah mensifati kaum mukminin dengan firmanNya:
        وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
        Artinya: “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (Surat Al Mu’minun:60)
      4. Dilakukan tanpa mengeraskan suara, karena hal itu lebih dekat kepada tafakkur yang baik.
      5. Dilakukan dengan lisan dan hati.
      6. Dilakukan diwaktu pagi dan petang. Memang dua waktu ini memiliki keistimewaan, sehingga Allah sebut dalam ayat ini, ditambah lagi keistimewaan lainnya yaitu keistimewaan yang disampaikan rasulullah dalam sabdanya:
        يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ
        Artinya: “Bergantian pada kalian malaikat di malam dan malaikat di waktu siang. Mereka berjumpa diwaktu sholat fajr dan ashr kemudian naiklah malaikat yang mendatangi kalian dan Rabb merreka menanyakan mereka dan Allah lebih tahu dengan mereka: “Bagaimana keadaan hambaKu ketika kamu tinggalkan?” mereka menjawab: ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sholat dan kami datangi mereka dalam keadaan sholat’“[Hadits riwayat Al Bukhori dalam shohihnya kitab Mawaaqit Ash Sholat bab Fadl Sholat AL Ashr no.522 dan Muslim dalam shohihnya kitab Al Masaajid wa Mawadi’ Al Sholat bab Fadl Sholat Al Fajr wal Ashr wa Muhafadztu ‘Alaihima no. 632]
      7. Larangan lalai dari dzikrullah.
    [Diringkas dengan beberapa perubahan dan tambahan dari Fiqh Al Ad’iyah wal Azkar hal.57-59]
    Jadi saudraka-saudaraku....,Dengan ini jelaslah keutamaan dzikir sebagai kunci kebaikan dan adabnya, terutama untuk diri kita pribadi, semoga Allah membimbing kita agar senantiasa malukan dzikir kepada-Nya..Amin.

    Sumber : Berbagai Litelatur

    2 komentar:

    1. Terima kasih Ustadz Galih Atas informasi dan tausiyahnya...Izin Share yah...!!!

      BalasHapus
    2. Izin Share Ust Galih.., terus bertausiyah yah...sy tunggu tausiyah Ustadz Galihdan tulisan dakwahnya...sangat bermanfaat buat kami sekeluarga di rumah

      BalasHapus

    Al - Quran

    Kisah

    Promo