Oleh : Ust. H. Galih Gumelar
(Pernah Dimuat Di Majalah Hikmah.)
Tidak akan pernah berkurang harta seseorang yang disedekahkan,
kecuali ia malahan bertambah, bertambah dan bertambah
(al Hadist)
Itulah yang saya pernah alami ketika saya pribadi kepepet karena suatu hal yang menyebabkan usaha yang saya jalani kolep dan hancur. Tahun 2004 adalah awal keterpurukan usaha yang saya jalani sejak tahun 1999. Tidak bisa dipungkiri, usaha yang telah dijalani selama 5 tahun itu dengan waktu singkat menjadi usaha yang jalan di tempat. Hutang perusahaan kepada bank bukan hal biasa lagi terjadi pada bidang usaha saya. Semakin hari karena keterpurukan usaha maka hutang perusahaan kepada bank tidak dapat lagi dibayar yang akhirnya denda serta bunganya menumpuk.
Akhirnya pada tahun 2006 posisi perusahaan dan saya berada di tingkat paling bawah bahkan minus. Jangan uang untuk membayar hutang ratusan juta, uang 10 ribu rupiah pun hanya untuk pegangan pribadi saja. Awal yang sangat mencengangkan dan ironis. Padahal usaha, bisnis, perusahaan saya baru saja melebarkan sayap dan membuka cabang. Tapi Allah menegur dengan cara yang tidak terduga.
Siang malam bank bahkan pihak ketiga (collector) terus menelepon dan meneror saya agar lekas melakukan pembayaran bahkan pelunasan hutang. Kegelisahan pun mulai saya rasakan dan akhirnya penyakit takut menjadi makanan rutin setiap jam, karena setiap saat mendengar suara motor, mobil, orang bertamu, pintu rumah diketuk, hati dan perasaan ibarat hampa dan takut kepalang takut hingga tak segan untuk mengumpat di kamar mandi, gudang bahkan melompat pagar belakang rumah untuk pergi bila ada tamu datang.
Inilah mungkin cara Allah menegur saya yang mungkin selama saya menjalankan usaha kurang beribadah, kurang bersedekah, malas beramal, mungkin ada rezeki yang haram dan sebagainya sehingga saya diuji material dan bathiniah.
Namun syukur alhamdulillah, dalam keterpurukan saya, kebangkrutan usaha saya, melilitnya hutang yang besar, dan gejolak bathin yang dahsyat, Allah tidak melepaskan tangan-Nya begitu saja terhadap nasib saya.
Ketika suatu waktu perasaan dan situsi hidup mencapai titik klimaks, klimaks yang menyakitkan, yang terasa hampa, sendiri tanpa bantuan orang lain atau mahkluk apapun di dunia ini, dunia terasa besar diri ini terasa kecil. Mulailah air mata ini menetes dan terus menetes, sambil menatap nasib yang tiada terduga ini. Kasih sayang Allah memang tiada terduga, di tengah isak tangis, kita dibimbing-Nya untuk mengambil air wudhu, lalu sholat taubat 2 rakaat. Ketika Sholat…, hati ini terasa teriris, bayang hidup yang selama ini dijalani terpampang begitu saja dalam pikiran hingga membuat air mata terus mengalir. Ba’da sholat dalam linangan air mata, mulut tak hentinya mengucapkan kalimat taubat dan asma Allah. Hingga hati merasa tenang dan pikiran pun entah mengapa menjadi bersih dan perasaan menjadi ikhlas, legowo, pasrah dan terima apa adanya apa yang dikehandaki Allah.
Hanya dalama hitungan menit entah mengapa ada hasrat ingin berbagi dengan sesama, ingin menjadi hamba Allah yang bermanfaat untuk umat dan agama, ada hasrat ingin bersilaturahim dengan teman dan karyawan, ada hasrat untuk memohon maaf kepada orang tua, saudara, teman bahkan bahawan kita, ada hasrat ingin mesnyiarkan agama Allah walau hanya satu ayat, ada hasrta ingin beribadah lebih baik lagi dan memperdalam ilmu agam, ada hasrat ingin menolong orang yang membutuhkan, padahal saya sadar hanya memiliki 1 badan dan uang 10 ribu rupiah di dompet. Tapi Allah Maha Mengetahui, dibimbing-Nya saya ke lemari pakaian, lalu saya sadar, “bila kita kasih satu sama Allah maka Allah akan kalikan 10x lipat bahkan puluhan ahkan ratusan, ribuan dan lebih”. Akhirnya saya ambil pakaian dari setengah lemari saya dan saya bungkus koran serta plastik, dan keesokan harinya ba’da tarawih saya bagikan sendiri kepada pengemis yang berada di lampu merah perempatan STM Tangerang.
Tidak ada hitungan tahun bahkan bulanan, anehnya dalam waktu 1 hingga 2 minggu, ketika itu dua minggu menjelang Idul Fitri ketika bulan ramadhan. Allah bayarkan sebagian hutang saya yang mencapai ratusan juta dengan cara yang tidak masuk logika. Hingga ketika Idul Fitri, diri ini terasa lahir kembali kedunia, dunia yang baru. Dan waktu terus berjalan hingga hutang kecil lainya pun lunas. Dengan tanpa diduga Allah berikan saya keterampilan baru, keterampialan yang bermanfaat dalam kesembuhan banyak orang, kesulitan banyak orang, dll. Allah bimbing saya untuk mendirikan wadah dakwah dengan menitipkan majelis dzikir, Allah titipkan harta yang tak masuk logika bila dihitung dari keterpurukan tadi, Allah berikan pendamping hidup, Allah berikan keturunan, dan sangat banyak lagi keberkahan dan pertolongan Allah lainnya.
Alhamdulillah sekarang saya sudah berada jauh dari posisi keterpurukan tadi, bahkan lebih baik dan berkah kondisinya dari waktu dulu-dulu. Semua Allah berikan hanya dalam waktu singkat, hanya kurang 1 bulan dan 1 tahun. Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa Illaha Illallah, Wallahu Akbar…!!!.
Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu`min bertawakkal.
(QS. 3 : 160)
kecuali ia malahan bertambah, bertambah dan bertambah
(al Hadist)
Itulah yang saya pernah alami ketika saya pribadi kepepet karena suatu hal yang menyebabkan usaha yang saya jalani kolep dan hancur. Tahun 2004 adalah awal keterpurukan usaha yang saya jalani sejak tahun 1999. Tidak bisa dipungkiri, usaha yang telah dijalani selama 5 tahun itu dengan waktu singkat menjadi usaha yang jalan di tempat. Hutang perusahaan kepada bank bukan hal biasa lagi terjadi pada bidang usaha saya. Semakin hari karena keterpurukan usaha maka hutang perusahaan kepada bank tidak dapat lagi dibayar yang akhirnya denda serta bunganya menumpuk.
Akhirnya pada tahun 2006 posisi perusahaan dan saya berada di tingkat paling bawah bahkan minus. Jangan uang untuk membayar hutang ratusan juta, uang 10 ribu rupiah pun hanya untuk pegangan pribadi saja. Awal yang sangat mencengangkan dan ironis. Padahal usaha, bisnis, perusahaan saya baru saja melebarkan sayap dan membuka cabang. Tapi Allah menegur dengan cara yang tidak terduga.
Siang malam bank bahkan pihak ketiga (collector) terus menelepon dan meneror saya agar lekas melakukan pembayaran bahkan pelunasan hutang. Kegelisahan pun mulai saya rasakan dan akhirnya penyakit takut menjadi makanan rutin setiap jam, karena setiap saat mendengar suara motor, mobil, orang bertamu, pintu rumah diketuk, hati dan perasaan ibarat hampa dan takut kepalang takut hingga tak segan untuk mengumpat di kamar mandi, gudang bahkan melompat pagar belakang rumah untuk pergi bila ada tamu datang.
Inilah mungkin cara Allah menegur saya yang mungkin selama saya menjalankan usaha kurang beribadah, kurang bersedekah, malas beramal, mungkin ada rezeki yang haram dan sebagainya sehingga saya diuji material dan bathiniah.
Namun syukur alhamdulillah, dalam keterpurukan saya, kebangkrutan usaha saya, melilitnya hutang yang besar, dan gejolak bathin yang dahsyat, Allah tidak melepaskan tangan-Nya begitu saja terhadap nasib saya.
Ketika suatu waktu perasaan dan situsi hidup mencapai titik klimaks, klimaks yang menyakitkan, yang terasa hampa, sendiri tanpa bantuan orang lain atau mahkluk apapun di dunia ini, dunia terasa besar diri ini terasa kecil. Mulailah air mata ini menetes dan terus menetes, sambil menatap nasib yang tiada terduga ini. Kasih sayang Allah memang tiada terduga, di tengah isak tangis, kita dibimbing-Nya untuk mengambil air wudhu, lalu sholat taubat 2 rakaat. Ketika Sholat…, hati ini terasa teriris, bayang hidup yang selama ini dijalani terpampang begitu saja dalam pikiran hingga membuat air mata terus mengalir. Ba’da sholat dalam linangan air mata, mulut tak hentinya mengucapkan kalimat taubat dan asma Allah. Hingga hati merasa tenang dan pikiran pun entah mengapa menjadi bersih dan perasaan menjadi ikhlas, legowo, pasrah dan terima apa adanya apa yang dikehandaki Allah.
Hanya dalama hitungan menit entah mengapa ada hasrat ingin berbagi dengan sesama, ingin menjadi hamba Allah yang bermanfaat untuk umat dan agama, ada hasrat ingin bersilaturahim dengan teman dan karyawan, ada hasrat untuk memohon maaf kepada orang tua, saudara, teman bahkan bahawan kita, ada hasrat ingin mesnyiarkan agama Allah walau hanya satu ayat, ada hasrta ingin beribadah lebih baik lagi dan memperdalam ilmu agam, ada hasrat ingin menolong orang yang membutuhkan, padahal saya sadar hanya memiliki 1 badan dan uang 10 ribu rupiah di dompet. Tapi Allah Maha Mengetahui, dibimbing-Nya saya ke lemari pakaian, lalu saya sadar, “bila kita kasih satu sama Allah maka Allah akan kalikan 10x lipat bahkan puluhan ahkan ratusan, ribuan dan lebih”. Akhirnya saya ambil pakaian dari setengah lemari saya dan saya bungkus koran serta plastik, dan keesokan harinya ba’da tarawih saya bagikan sendiri kepada pengemis yang berada di lampu merah perempatan STM Tangerang.
Tidak ada hitungan tahun bahkan bulanan, anehnya dalam waktu 1 hingga 2 minggu, ketika itu dua minggu menjelang Idul Fitri ketika bulan ramadhan. Allah bayarkan sebagian hutang saya yang mencapai ratusan juta dengan cara yang tidak masuk logika. Hingga ketika Idul Fitri, diri ini terasa lahir kembali kedunia, dunia yang baru. Dan waktu terus berjalan hingga hutang kecil lainya pun lunas. Dengan tanpa diduga Allah berikan saya keterampilan baru, keterampialan yang bermanfaat dalam kesembuhan banyak orang, kesulitan banyak orang, dll. Allah bimbing saya untuk mendirikan wadah dakwah dengan menitipkan majelis dzikir, Allah titipkan harta yang tak masuk logika bila dihitung dari keterpurukan tadi, Allah berikan pendamping hidup, Allah berikan keturunan, dan sangat banyak lagi keberkahan dan pertolongan Allah lainnya.
Alhamdulillah sekarang saya sudah berada jauh dari posisi keterpurukan tadi, bahkan lebih baik dan berkah kondisinya dari waktu dulu-dulu. Semua Allah berikan hanya dalam waktu singkat, hanya kurang 1 bulan dan 1 tahun. Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa Illaha Illallah, Wallahu Akbar…!!!.
Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu`min bertawakkal.
(QS. 3 : 160)
Sumber : galihgumelar.wordpress.com dan Majalah Hikmah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar